blog*spot
get rid of this ad
Jembatan Duri
*
*
*
*

Friday, January 09, 2004

masih terbayang bayangmu


entah mengapa bayangmu terlintas
diantara tiang lampu dijalanan kota malam ini
sehingga menguak kembali semua kenangan pahit
yang pernah ku lewati saat ku masih berada dihatimu dulu
sakit... amat sakit sekali...
sesakit luka didalam hati
yang dulu pernah engkau siram dengan sebotol air keras
dan melepuh didalam tangisan air mata darah ini...


masih terbayang olehku
tawa sinismu yang sembari menginjakkan kedua kakimu
diatas kepalaku saat ku berlutut dihadapanmu,
gelora emosi dan kemarahan
yang tak sanggup lagi kusembunyikan
saat ku teringat kau dan aku pernah berjalan kaki
diantara trotoar persimpangan titi kuning
ingin rasanya kuledakkan seluruh isi bumi
yang pernah mengingatkanku akan dirimu
yang kotor dan menjijikkan itu...

salam dari jiwaku tuk jasadmu
yang mati dilanggar oleh jalannya kereta kehidupan
yang penuh berisikan materimu
semoga engkau tak pernah terreinkarnasi kembali...




00:23
10 january 2004
saturday

EdSeN melintasi luka pada pukul @ 9:03 AM


luka-luka kasih yang tak berujung...

kekasihku... Engkau sangat buta, tidakkah engkau melihat apa yang kulakukan ini? Buka matamu selebar mungkin. Dengan sehelai bulu rambut aku meniti melewati buana lautan lahar... Mengapa engkau tak ada disana? Lari kemana dikau? Tega sekali engkau... pandanglah kearahku! Lihatlah sayatan daging berdarah ini, yang telah melintasi jembatan berduri. Semua olehmu kini menjadi luka-luka kasih yang tak berujung!!!

Tulisan-tulisan kemarin

06/01/2003 - 07/01/2003
07/01/2003 - 08/01/2003
08/01/2003 - 09/01/2003
09/01/2003 - 10/01/2003
10/01/2003 - 11/01/2003
11/01/2003 - 12/01/2003
12/01/2003 - 01/01/2004
01/01/2004 - 02/01/2004
02/01/2004 - 03/01/2004
03/01/2004 - 04/01/2004
04/01/2004 - 05/01/2004
06/01/2004 - 07/01/2004
09/01/2004 - 10/01/2004
01/01/2005 - 02/01/2005
03/01/2005 - 04/01/2005
04/01/2005 - 05/01/2005

pesan & kesan

~*"Ruang Bilik Kamar EdSeN"*~

ujung dari luka-luka kasih...

akhirnya... tak ada satu kasih yang mampu kugenggam olehmu, betapa sakitnya relung ini olehmu, cemetimu yang menuntunku melewati jembatan duri berkawah air mata darahku. Terus menyeret langkah yang terseok-seok didalam luka-luka kasih yang tak berujung!!!